Minggu, 03 Maret 2013

WARUNG KULINER MARTAPURA LESTARIKAN KUE TRADISIONAL SUKU BANJAR

Banjarmasin,18/8 (ANTARA)- Beberapa buah warung kuliner di Kota Martapura, Ibukota Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dinilai berhasil melestarikan penganan atau kue tradisional suku Banjar.
” Di warung kami tersedia sedikitnya 41 macam kue tradisional, dan sebagian lagi kue tersebut dinilai sudah mulai punah,”kata Hj Inun pemilik warung kembar dua atau warung 41 di Desa Kraton, Martapura, kepada pers di warungnya, Senin.
Warung kembar dua memang dikenal luas sebagai warung kue tradisional suku Banjar yang ada di martapura, dan setiap hari selalu saja dpenuhi pengunjung, bukan saja dari Martapura tetapoi juga datang dari Kota Banjarmasin, kota-kota lain di Kalsel.

Bahkan warung yang dikelola sejak tahun 1993 ini menjadi objek kunjungan wisatawan yang datang ke wilayah ini, sehingga keberadaan warung ini kian populer saja, apalagi seringkali pejabat dari Banjarmasin dan juga jakarta yang datang ke Kalsel selalu dibawa pula ke warung sederhana ini.
Menurut Hj Ainun, warung ini tadinya hanya menjual makanan khas kota Martapura, yakni supo bubur kacang hijau, yaitu menu yang terdiri dari ketupat yang diberi kuah sop ayam dengan campuran kacang hijau.
Tetapi karena begitu banyaknya permintaan akan kue tradisional lain, maka dijual pula aneka kue tradisional khas suku Banjar,m seperti bingka, kelapon, kikicak, cangkarok, wajik, lamang, kraraban, sarimuka, cucur, untuk-untuk, bubur randang, bulungan ayam, kulak pisang, kakoleh, puracit, lupis, putu mayang, babbongko, serabi, dan kua lainnya.
Sementara makanan, selain ada nasi kuning, juga ada katupat balamak, lontong Banjar, nasi kaboli, nasi balamak, dan bubur ayam.
Menurut Hj Ainun, kue-kue yang dijual itu sebagian besar adalah buatan perajin yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.
“Terdapat sekitar 30 orang pembuat kue, yang setiap hari menitipkan kue untuk dijualkan di warung yang ia kelola , dan alhamdulillah, kesejahteraan perajin kue itu kian membaik setelah warung ini kian banyak dikunjungi orang,” kata Hj Ainun didampingi dua orang putri kembarnya.
Warung tersebut buka mulai pagi hari dan biasanya pada sore hari tutup lantaran kue-kue itu habis dibeli orang.
Menurutnya, warung miliknya itu selain melayani pembeli yang makan minum di warung itu juga bersedia memenuhi pesanan, seperti pesanan pengelola hotel dan restauran, pengelola kunjungan wisatawan, bahkan untuk acara kenduri atau acara selamatan yang memerlukan kue-kue tradisional sebagai persyaratan acara kenduri.
“Kami sering membuat aneka kue tradisional yang dianggap bernilai magis, untuk upacara keagamaan, seperti lamang, cucur, wajik, bubur habang, apem, dan kue khas  lainnya,” katanya.
Berdasarkan keterangan di Kota Martapura, bukan hanya warung kembar ini yang menjual kue-kue tradisional suku Banjar, tetapi terdapat  beberapa buah lagi, seperti di Cempaka, atau di Kota Martapuranya, tetapi yang dikenal hanyalah warung kembar ini saja.
( sumber : wikipedia.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar